Korban Banjir Sumatera Capai 914 Jiwa, Ini Penyebab Utamanya

Korban Banjir Sumatera Capai 914 Jiwa, Ini Penyebab Utamanya

TVTOGEL — Jumlah korban meninggal akibat bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera kembali mengalami peningkatan. Data terbaru yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban jiwa mencapai 914 orang, naik dari angka 857 yang dilaporkan sebelumnya.

Sebaran Korban dan Update Pencarian

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, memaparkan rincian sebaran korban. Provinsi Aceh mencatat kenaikan menjadi 359 korban jiwa, Sumatera Utara sebanyak 329 jiwa, dan Sumatera Barat 226 jiwa.

Di sisi lain, terdapat kabar yang sedikit meredakan duka. Jumlah korban yang masih dinyatakan hilang berhasil ditekan dari 521 orang menjadi 389 jiwa. Penurunan angka ini terjadi karena beberapa orang yang sebelumnya dilaporkan hilang berhasil ditemukan dalam kondisi selamat. Pencarian terhadap korban yang masih hilang terus dilakukan secara intensif oleh petugas di lapangan.

Analisis Penyebab: Lebih dari Sekadar Hujan Ekstrem

Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sejak akhir November 2025 tidak semata-mata disebabkan oleh curah hujan tinggi. Para ahli menyoroti bahwa bencana ini merupakan hasil dari interaksi kompleks beberapa faktor.

Faktor Atmosfer dan Iklim

Muhammad Rais Abdillah, Ketua Program Studi Meteorologi ITB, menjelaskan bahwa wilayah Sumatera bagian utara memang sedang berada pada puncak musim hujan dengan pola yang unik. Curah hujan yang tercatat bahkan melebihi 150 milimeter per hari, dengan beberapa lokasi mencapai lebih dari 300 milimeter—angka yang mendekati kejadian ekstrem penyebab banjir besar Jakarta 2020.

Situasi ini diperparah oleh fenomena atmosfer aktif. Terbentuknya pusaran udara dari Semenanjung Malaysia yang berkembang menjadi Siklon Tropis Senyar di Selat Malaka turut menyuplai uap air dan memperkuat pembentukan awan hujan berskala besar di wilayah tersebut.

Faktor Kerusakan Lingkungan dan Tata Ruang

Di balik faktor cuaca, kondisi geospasial dan lingkungan memegang peran krusial. Heri Andreas, Dosen Teknik Geodesi dan Geomatika ITB, menegaskan bahwa banjir bukan hanya persoalan intensitas hujan, melainkan bagaimana air diterima dan dikelola oleh permukaan bumi.

Perubahan tutupan vegetasi, alih fungsi lahan dari hutan menjadi permukiman atau perkebunan intensif, serta menurunnya kapasitas tampung lingkungan telah secara signifikan mengurangi kemampuan tanah menyerap air. Kawasan yang kehilangan fungsi penahan air alaminya akan dengan cepat mengalirkan limpasan hujan ke sungai, memicu banjir bandang.

Heri juga menyoroti bahwa peta bahaya banjir di Indonesia belum sepenuhnya akurat akibat keterbatasan data dan pemodelan. Padahal, perencanaan tata ruang yang berbasis analisis risiko yang komprehensif merupakan langkah vital untuk mencegah terulangnya tragedi serupa di masa depan.